PEMBUATAN BIOINSEKTISIDA PENGUSIR SEMUT
MERAH (Oechophylla smaragdina ) DARI
BIJI DAN DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
LAPORAN PROYEK INVENTION
Disusun Oleh:
Nadhira Dewiantari
XII Science C
SMA SUGAR GROUP
SITE PT GULA PUTIH MATARAM
LAMPUNG TENGAH
2016/2017
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul Proyek : Pembuatan Bionsektisida Pengusir Semut
Merah (Oechophylla smaragdina) dari
Biji dan Daun Sirsak (Annona muricata L.)
Disusun Oleh : Nadhira Dewiantari
Telah diperiksa
dan disetujui oleh Pembimbing
dan Penguji pada
tanggal 9 September 2016
Pembimbing Penguji
1 Penguji 2
Merlyana
Sijabat Rizal Benny P. Putera
Mengetahui,
Guru Invention
Laily Trio Andila
PRAKATA
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan laporan penelitian yang berjudul “Pembuatan Bionsektisida Pengusir Semut Merah (Oechophylla smaragdina) dari Biji dan
Daun Sirsak (Annona muricata L.)”.
Dalam penyusunan laporan
ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan,
perhatian, doa, serta kasih sayang yang begitu besar,
2. Ibu Merlyana
Sijabat, selaku guru pembimbing yang telah bersedia
memberikan pengarahan sehingga penelitian dan laporan ini dapat diselesaikan,
3. Ibu Krisanti dan Ibu Laily Trio Andila selaku guru invention
yang telah bersedia memberikan pengarahan dan bimbingan.
4. Bapak dan ibu guru serta teman-teman SMA Sugar Group yang
telah memberikan pengarahan dan masukan tambahan dalam penyusunan laporan ini,
5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis sadar bahwa masih terdapat banyak kesalahan dalam
laporan ini. Penulis mengharapkan saran dan kritikan terhadap laporan ini
sehingga laporan yang jauh dari sempurna ini dapat lebih baik dan berguna bagi
setiap pembaca. Atas masukan dan saran, penulis menyampaikan terima kasih.
Lampung Tengah, 23
September 2016
Nadhira Dewiantari
ABSTRAK
Pembuatan
Bioinsektisida Pengusir
Semut Merah (Oechophylla smaragdina)
dari Biji dan Daun Sirsak (Annona
muricata L.)
Oleh : Nadhira Dewiantari
Email : nadhiradewiantari@gmail.com
Proyek invention ini berawal dari pengamatan peneliti terhadap
kehadiran semut yang seringkali mengganggu. Semut-semut tersebut biasanya
diberantas dengan pestisida sintetis atau insektisida anorganik. Namun,
insektisida anorganik berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu, peneliti membuat
penelitian dengan judul “Pembuatan Bioinsektisida Pengusir Semut Merah (Oechophylla smaragdina) dari Daun Sirsak
dan Biji Sirsak (Annona muricata L.),
dengan tujuan untuk mengetahui bahwa ekstrak biji dan daun sirsak dapat
dimanfaatkan sebagai bioinsektisida pengusir semut.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode eksperimen, dengan membuat bioinsektisida dari biji dan daun
sirsak secara maserasi yang kemudian diujicobakan dengan cara disemprotkan
kepada semut yang mengganggu di lingkungan sekitar rumah. Bioinsektisida dibuat
dengan cara mengambil ekstrak dari biji dan daun sirsak dengan merendamnya
dalam alkohol, lalu mencampurkan ekstrak biji, daun sirsak dan air dengan
perbandingan yang berbeda untuk setiap kelompok semut. Masing-masing 1:1:1,
1:1:2, 1:1:3, 1:2:1, 1:2:2, 1:2:3, 2:1:1, 2:1:2, 2:1:3, dan penulis memberikan
variabel kontrol yaitu dengan menggunakan air saja.
Pada ketiga percobaan, peneliti
menggunakan beberapa semut yang akan diamati. Yang menjadi objek pengamatan
adalah waktu yang diperlukan semut untuk pergi menjauh dari tempat yang
diberikan bioinsektisida tersebut. Dari percobaan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa perbandingan antara biji, daun sirsak air 1:2:1 lebih efektif
untuk mengusir semut karena hanya diperlukan waktu selama 24 detik untuk
membuat semut pergi menjauhi tempat yang diberikan bioinsektisida tersebut.
Kata kunci : Insektisida, Daun Sirsak, Biji Sirsak, Semut
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Semut merupakan serangga yang umum
didapati di sekitar rumah. Semut hidup dalam kelompok atau koloni. Dalam satu
koloni, semut dapat mempunyai anggota hingga jutaan ekor semut. Terkadang
kehadiran semut-semut itu terasa mengganggu kita karena semut dapat menggigit
sewaktu beraktifitas di lantai, sering memakan makanan, dan lain-lain.
Hal ini sejalan dengan Setyowati dan
Furqonita (2007) yang mengungkapkan bahwa, “Semut (Dolichoderus thoracicus) merupakan serangga yang sering menjadi
masalah karena ketertarikannya pada hal yang terasa manis. Semut seringkali mengerumuni
makanan ataupun minuman dan menjadikan makanan atau minuman tersebut tidak
layak santap. Jika menemukan suatu makanan, maka semut tersebut akan
meninggalkan jejak berupa zat kimia tertentu dari tubuhnya sewaktu pulang ke
sarangnya. Dengan mengikuti jejak tersebut, semut lainnya dapat pulang pergi ke
tempat makanan sehingga membentuk jalur utama antara sarang dan tempat
makanannya. Zat kimia tertentu itu disebut feromon.”
Banyak cara untuk membasmi semut dari
rumah. Saat ini berbagai macam produk dihasilkan untuk membasmi semut. Produk
untuk membasmi semut dapat berupa kapur anti semut ataupun dalam bentuk cair.
Pembasmi semut ini umumnya terbuat dari bahan kimia. Pembasmi semut ini terkandung
racun yang tidak hanya membahayakan serangga, tapi apabila digunakan dalam
jumlah yang cukup banyak, juga dapat membahayakan manusia. Karena hal tersebut,
perlu adanya kesadaran untuk menggunakan bahan-bahan yang tidak disukai semut
namun lebih aman bagi manusia.
Disisi lain Maryani (1995)
mengemukakan bahwa, “Biji sirsak mengandung bioaktif acetogenin yang bersifat
insektisida dan penghambat makan (anti-feedant).” Sedangkan menurut Kardinan
(2002), “Buah mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai
insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent),
dan anti-feedant dengan cara kerja
sebagai racun kontak dan racun perut.”
Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti akan membuat larutan pembasmi semut berbahan dasar biji dan daun
sirsak.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Apakah biji dan daun sirsak dapat
dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan larutan bioinsektisida pengusir semut?
1.2.2 Bagaimana cara pembuatan larutan bioinsektisida
pembasmi semut berbahan dasar biji dan daun sirsak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk membuktikan bahwa daun sirsak
dan biji sirsak dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan larutan bioinsektisida
pengusir semut.
1.3.2 Untuk mengetahui cara pembuatan
larutan bioinsektisida pembasmi semut berbahan dasar biji dan daun sirsak.
1.4 Manfaat
1.4.1. Untuk memanfaatkan biji dan daun sirsak
sebagai bahan dasar pembuatan larutan bioinsektisida pembasmi semut.
1.4.2. Untuk memberikan alternatif lain pengusir
semut yang aman bagi masyarakat.
1.5 Hipotesis
Biji dan daun sirsak dapat dibuat
menjadi bahan dasar larutan bioinsektisida pembasmi semut, karena biji dan daun
sirsak mengandung senyawa aktif seperti acetogenin, annonain, flavonoid,
saponin, dan tannin.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori
Pendukung
2.1.1 Insektisida
Menurut Anonim (2015),
“Insektisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan serangga
dengan membunuh mereka atau mencegah mereka dari terlibat dalam perilaku yang
dianggap tidak diinginkan atau destruktif.”
Insektisida dapat dibedakan menjadi
dua golongan yaitu insektisida sintetik dan insektisida organik.
2.1.1.1
Insektisida
Anorganik atau Sintetik
Insektida sintetik adalah jenis
insektisida yang tidak mengandung unsur karbon, merupakan hasil sintesa di
laboratorium. Penggunaan insektisida sintetik dapat mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan, hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan
di dalam tanah, selama bertahun-tahun dan dapat merusak komposisi mikroba
tanah, serta mengganggu ekosistem perairan. Apabila masuk kedalam bahan makanan
dapat bersifat racun sehingga membahayakan kesehatan manusia. (Zakapedia, 2013)
2.1.1.2
Insektisida
Organik atau Bioinsektisida
Insektisida organik merupakan bahan alami,
bersifat mudah terurai di alam (biodegradable)
sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia karena
residunya mudah hilang. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga
berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin,
tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid. (Kardinan, 2002)
Insektisida nabati atau insektisida botani
adalah bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit
sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik
dan zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif ini juga dapat digunakan untuk
mengendalikan serangga yang terdapat di lingkungan rumah. (Naria, 2005)
2.1.2 Tanaman
Sirsak (Annona muricata L.)
Tanaman sirsak memiliki banyak manfaat untuk bahan
pengobatan herbal maupun untuk insektisida. Manfaatnya tersebut ternyata tak
lepas dari kandungannya sebagai bahan insektisida. Menurut Kardinan (2002), “Salah
satu tumbuhan yang tergolong famili Annonaceae
adalah sirsak (A. muricata) yang
merupakan salah satu tanaman penghasil insektisida. Daun sirsak mengandung
bahan aktif acetogenin, annonain,
saponin, flavonoid, dan tannin.”
Daru
Wijayanti (2016:10) mengatakan bahwa, “Biji sirsak beracun, dan dapat digunakan
sebagai insektisida alami, sebagaimana biji srikaya.”
2.1.3 Semut
Merah (Oechophylla smaragdina)
Semut
adalah serangga yang termasuk dalam famili Formicidae
dan ordo Hymenoptera. Semut meliputi
lebih dari 12.000 jenis dan sebagian besar hidup di kawasan tropis. Sebagian
besar semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarang-sarangnya
yang teratur beranggotakan ribuan semut per koloni. Anggota koloni terbagi
menjadi semut pejantan, ratu semut, dan semut pekerja. (Hanna, 2014)
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian,
yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup
jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antenna, kelenjar
metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke stangkai semut
membentuk pinggang sempit (pedunkel) diantara mesosoma (bagian rongga dada dan
daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole).
Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node.
2.2 Rujukan
Penelitian Sejenis
Terdapat banyak cara untuk mengusir
maupun membunuh serangga dengan menggunakan bahan alami, khususnya nyamuk. Dr.
Sugeng Juwono Puwohusoso dari Yogyakarta meneliti daun sirsak dan biji sirsak
untuk dijadikan sebagai obat nyamuk. Biji dan daun sirsak disuling. Hasilnya
berupa infuse (cairan) yang kadar
ekstrak racunnya adalah 10%. Ekstrak tersebut diberikan kepada larva instar III
dari nyamuk Aides dan Cules yang direndam dalam 100 ml air. Dari 25 ekor nyamuk
tersebut ternyata mati separuhnya. Dari ekstrak daun sirsak dengan 6,48 ml infuse dalam 100 ml air, 50% larva mati
dalam 24 jam, sedangkan jika 5,5 ml sebanyak 50% mati dalam waktu 48 jam.
Dari biji sirsak, nyamuk Aides aegypti
yang diberi 6,50 ml infuse ekstrak
dalam 100 ml air, 50% larva mati dalam 24 jam, sedangkan 4,76 ml dalam 100 ml
air sebanyak 50% larva mati dalam waktu 48 jam.
Sumber : Wijayanto D. 2016. Budidaya Sirsak .Indopublika.Yogyakarta.
2.3 Rujukan
Bahan dan Metode
Anonim (2011) membuat larutan
insektisida berbahan dasar biji srikaya. Srikaya mengandung senyawa annonain dan resin. Senyawa ini efektif untuk mengendalikan ulat dan hama
penghisap.
2.3.1 Bahan
1. 15-25 gram biji srikaya
2. 1 liter air
3. 1 gram detergen
2.3.2 Alat
1. Alat penumbuk
2. Penyaring
3. Ember
2.3.3 Cara Kerja
1. Menghancurkan biji srikaya menggunakan
alat penumbuk.
2. Memasukkan remahan biji srikaya
kedalam detergen dan air, membiarkan selama 1 malam.
3. Menyaring larutan biji srikaya
menggunakan penyaring.
4. Larutan siap disemprotkan ke serangga.
Sumber : Anonim. 2011. Pembuatan Pestisida Nabati. http://ntb.litbang.pertanian.go.id. (Diunduh
2 April 2016).
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu
dan Tempat
3.1.1 Waktu :
Februari – Agustus 2016
3.1.2 Tempat :
PT.Sweet Indolampung, Housing II Baru Blok E 392.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Alat
penumbuk
2.
Almunium voil
3.
Gelas
mineral
4.
Penyaring
5.
Piring
kecil
6.
Sprayer
3.2.2 Bahan
1.
Air
2.
Alkohol
70% 40 ml
3.
Biji
sirsak 10 gram
4.
Daun
sirsak 10 gram
3.2.3 Cara
Kerja
3.2.3.1 Cara
Pembuatan Larutan Daun Sirsak
1.
Menyiapkan
10 gram biji dan 10 gram daun sirsak.
2. Mengeringkan
biji dan daun sirsak tanpa diletakkan dibawah sinar matahari secara langsung.
3.
Menghaluskan
biji dan daun sirsak menggunakan penumbuk secara terpisah.
4. Merendam
masing-masing sampel daun sirsak maupun biji sirsak menggunakan alkohol 70%
dalam maserator yang ditutup dengan aluminium
voil selama 24 jam, perbandingan antara masing-masing sampel dan alkohol
adalah 1:2. Kemudian dikocok ±3 kali sehari.
5. Memisahkan
larutan dengan ampas menggunakan penyaring untuk mengeluarkan ekstrak.
6.
Membiarkan
ekstrak diruang terbuka selama 3 jam agar alkohol dapat menguap dan
meninggalkan zat-zat yang terlarut.
7. Mencampurkan
ekstrak biji, daun sirsak, dan air dengan perbandingan 1:1:1, 1:1:2, 1:1:3, 1:2:1,
1:2:2, 1:2:3, 2:1:1, 2:1:2, dan 2:1:3.
8. Menyemprotkan
larutan pada semut yang dipancing menggunakan makanan.
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Tabel
1. Hasil Rata-Rata Percobaan Pertama, Kedua, dan Ketiga
No
|
Perbandingan biji ,
daun dan air
|
Waktu
|
Keterangan setelah
2 menit diberi bioinsektisida
|
1
|
1:1:1
|
29,3 detik
|
Semut kembali
mendekat
|
2
|
1:1:2
|
35,6 detik
|
Semut kembali
mendekat
|
3
|
1:1:3
|
45 detik
|
Semut kembali
mendekat
|
4
|
1:2:1
|
23,6 detik
|
Semut tidak kembali
mendekat
|
5
|
1:2:2
|
33,6 detik
|
Semut tidak kembali
mendekat
|
6
|
1:2:3
|
43,6 detik
|
Semut tidak kembali
mendekat
|
7
|
2:1:1
|
33 detik
|
Semut kembali
mendekat
|
8
|
2:1:2
|
41 detik
|
Semut kembali
mendekat
|
9
|
2:1:3
|
50 detik
|
Semut kembali
mendekat
|
10
|
Air saja
|
1 menit 11 detik
|
Semut kembali
mendekat
|
Grafik
1. Waktu Rata-Rata Percobaan
5.2 Pembahasan
Dalam percobaan ini peneliti
menggunakan metode maserasi, yaitu metode pembuatan ekstrak dengan bantuan
pelarut yaitu alkohol (70%). Peneliti mendapatkan ekstrak dengan cara
meletakkan rendaman diruangan terbuka dan membiarkan alkohol menguap, sehingga
meninggalkan zat-zat yang terlarut. Setelah didapatkan ekstrak biji dan daun
sirsak, peneliti mencampurkan ekstrak biji, daun, dan air dengan perbandingan
yang bervariatif yaitu 1:1:1, 1:1:2, 1:1:3, 1:2:1, 1:2:2, 1:2:3, 2:1:1, 2:1:2, dan
2:1:3.
Penulis melakukan uji produk untuk
menentukan komposisi biji, daun, dan air yang paling baik untuk mengusir semut.
Penulis memancing kedatangan semut dengan remahan makanan yang diletakkan dilantai.
Beberapa menit kemudian kelompok semut mendatangi remahan makanan. Lalu penulis
menyemprotkan bioinsektisida terhadap semut sebanyak 3 kali semprotan. Penulis
melakukan hal yang sama terhadap masing-masing perbandingan selama tiga kali
percobaan. Lalu menghitung waktu rata-rata semut untuk menjauhi makanan.
Setelah 2 menit pemberian bioinsektisida, penulis mengamati tempat semula dimana
semut berkumpul.
Berdasarkan data yang telah didapatkan
selama tiga kali percobaan, bioinsektisida yang memiliki perbandingan antara
ekstrak biji, daun, dan air 1:1:1 membutuhkan waktu selama 29,3 detik untuk
mengusir semut dari tempat semula. Setelah 2 menit pemberian bioinsektisida
diketahui bahwa semut mendekat ke tempat semula.
Jika perbandingan diubah antara
ekstrak biji, daun, dan air menjadi 1:1:2 dibutuhkan waktu selama 35,6 detik
untuk mengusir semut dari tempat semula. Dari ketiga percobaan diketahui semut
kembali mendekat setelah 2 menit pemberian bioinsektisida.
Jika perbandingan antara ekstrak biji,
daun, dan air menjadi 1:1:3 dibutuhkan waktu selama 45 detik untuk mengusir
semut dari tempat semula. Dari ketiga percobaan tersebut diketahui bahwa semut
kembali mendekat setelah 2 menit pemberian bioinsektisida.
Pada percobaan dengan perbandingan ekstrak
biji, daun, dan air 1:2:1 membutuhkan waktu selama 23.6 detik untuk mengusir
semut dari tempat mereka berkumpul. Setelah 2 menit pemberian bioinsektisida
tersebut, diketahui tidak ada semut yang kembali ke tempat semula.
Jika perbandingan diubah antara ekstrak
biji, daun, dan air menjadi 1:2:2 dibutuhkan waktu selama 33,6 detik untuk
mengusir semut dari tempat mereka berkumpul. Setelah 2 menit pemberian
bioinsektisida diketahui tidak ada semut yang kembali ke tempat semula.
Pada perbandingan antara ekstrak biji,
daun, dan air 1:2:3 dibutuhkan waktu selama 43,6 detik untuk mengusir semut
dari tempat mereka berkumpul. Setelah 2 menit pemberian bioinsektisida
diketahui semut tidak kembali ke tempat semula.
Jika perbandingan antara ekstrak biji,
daun, dan air menjadi 2:1:1 dibutuhkan waktu selama 33 detik untuk mengusir
semut dari tempat semula. Dari ketiga percobaan tersebut setelah 2 menit
pemberian bioinsektisida diketahui semut tidak kembali ke tempat mereka
berkumpul.
Pada perbandingan antara ekstrak biji,
daun, dan air 2:1:2 membutuhkan waktu selama 41 detik untuk mengusir semut dari
tempat mereka berkumpul. Diketahui dari ketiga percobaan tersebut semut kembali
mendekat setelah 2 menit pemberian bioinsektisida.
Jika perbandingan antara ekstrak biji,
daun, dan air menjadi 2:1:3 dibutuhkan waktu selama 50 detik untuk mengusir
semut dari tempat semula. Setelah 2 menit pemberian bioinsektisida diketahui
semut kembali mendekat.
Untuk percobaan pertama dan kedua yang
hanya menggunakan air, dibutuhkan waktu selama 1 menit 11 detik untuk mengusir
semut dari tempat mereka berkumpul. Dan setelah 2 menit pemberian air diketahui
bahwa semut kembali ke tempat tersebut.
Selama percobaan tersebut peneliti
telah mengamati respon semut terhadap bioinsektisida yang berbahan dasar biji dan
daun sirsak. Bioinsektisida dengan kandungan daun sirsak yang lebih banyak dari
pada biji sirsak, membutuhkan waktu lebih cepat untuk mengusir semut dan semut
tidak kembali, karena kandungan bahan aktif dalam daun sirsak yang berguna
sebagai insektisida lebih banyak dari pada dalam biji sirsak. Jadi menurut data
tersebut, perbandingan paling baik antara biji, daun, dan air yaitu 1:2:1.
Menurut Kardinan (2002), “Daun sirsak
mengandung bahan aktif acetogenin, annonain,
saponin, flavonoid, dan tannin.” Sedangkan
menurut Anonim, “Senyawa bioaktif yang ada pada biji sirsak adalah senyawa alkaloid yang terbagi dalam annonain serta acetogenin. Dimana senyawa acetogenin bersifat antifeedant bagi serangga sehingga tidak mau makan, annonain
memiliki racun dan rasa yang pahit, merupakan enzim untuk pengerasan kutilkula
insekta, saponin berfungsi mengganggu aktivitas pencernaan pada serangga, dan
senyawa flavonoid yang dapat menghambat berbagai reaksi oksidasi, serta senyawa
tannin berfungsi sebagai senyawa pertahanan yang bersifat toksik bagi serangga.
BAB
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti
dapat mengetahui bioinsektisida berbahan dasar biji dan daun sirsak (Annona muricata L.) dapat mengusir semut
yang mengganggu lingkungan di sekitar rumah. Hal ini diketahui dengan cara
membuat bioinsektisida dari biji dan daun sirsak secara maserasi yang kemudian
diujicobakan dengan menyemprotkan pada semut yang mengganggu di sekitar rumah.
Diketahui perbandingan antara biji, daun, dan air 1:2:1 lebih efektif mengusir
semut karena hanya diperlukan waktu selama 23,6 detik untuk membuat semut pergi
menjauhi lingkungan yang diberikan bioinsektisida tersebut serta tidak kembali
ke tempat semula, karena daun sirsak mengandung bahan aktif acetogenin, annonain, saponin, flavonoid,
dan tannin. Sedangkan biji sirsak
mengandung racun, annonain, dan acetogenin.
5.2
Saran
Saran yang diberikan kepada inventor yang berniat melanjutkan proyek
ini adalah menggunakan jenis semut yang berbeda atau objek lain dan menggunakan
bahan dasar pembuatan bioinsektisida yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Hariana H. Arief. 2009. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijayanto D. 2016. Budidaya Sirsak .Indopublika.Yogyakarta.
Acus Cimis. 2016. Cara
Mengusir Semut pada Tanaman Secara Alami. http://www.duniakebun.com. (Diunduh 6 Februari 2016).
Anonim. 2016. Jurnal Laporan Semut. https://www.scribd.com.(Diunduh 7 Februari 2016).
Zaka. 2010. Tanaman Pestisida Nabati : Sirsak (Annona muricata L.). http://www.isroi.com. (Diunduh 7 Februari 2016).
Anonim. 2015. Kandungan Kimia Daun Sirsak. http://www.catatanbita.com. (Diunduh 11 Maret 2016).
Anonim. 2016. Pengertian Insektisida. http:// artikeltop.xyz/pengertian-insektisida.html. (Diunduh 2
Juli 2016)
Anonim. 2011. Pembuatan Pestisida Nabati. http://ntb.litbang.pertanian.go.id. (Diunduh 2 April 2016).
Anonim 2015. Khasiat Buah Daun Batang Akar Biji Bunga Sirsak untuk Mengobati
Berbagai Macam Penyakit Kanker Tumor. http://portal-kesehatan.com (Diunduh 3 Juli 2016)
Hanna G.Fauzia. 2014. Biologi Makalah Semut.https://www.scribd.com.
(Diunduh 30 April 2016)
Pasetriyani E.T. 2016. Pestisida Nabati, Mudah, Murah dan Ramah
Lingkungan https://www.scribd.com. (Diunduh 25 Maret 2016).
Sudarminto Setyo Yuwono. 2015. Daun Sirsak ( Annona muricata L). http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/05/daun-sirsak-annona-muricata-l/. (Diunduh 20 Januari 2016).
Tenrirawe A. 2011. Pengaruh
Ekstrak Daun Sirsak Annona muricata L Terhadap Mortalitas Larva Helicoverpa
armigera H. pada Jagung. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id. (Diunduh 25 Maret 2016).
Yulia Azmia Fitri. 2013. Pestisida Nabati : Ekstrak Biji Sirsak Dapat
Menurunkan Palabilitas Ulat Grayak. http://pertanian.go.id. (Diunduh 7 Februari 2016)
Zakapedia. 2013. Jenis-Jenis Pestisida dan Penggunaannya. http://www.zakapedia.com (Diunduh 17 Juli 2016)
LAMPIRAN
Lampiran
1. Hasil percobaan
No
|
Perbandingan biji, daun, dan air
|
Waktu yang dibutuhkan untuk mengusir semut
|
Keterangan
setelah 2 menit diberi bioinsektisida
|
1
|
1:1:1
|
29 detik
|
Semut
kembali
|
2
|
1:1:2
|
35 detik
|
Semut
kembali
|
3
|
1:1:3
|
45 detik
|
Semut
kembali
|
4
|
1:2:1
|
24 detik
|
Semut
tidak kembali mendekat
|
5
|
1:2:2
|
32
detik
|
Semut
tidak kembali
|
6
|
1:2:3
|
44
detik
|
Semut
tidak kembali
|
7
|
2:1:1
|
33
detik
|
Semut
kembali
|
8
|
2:1:2
|
40
detik
|
Semut
kembali
|
9
|
2:1:3
|
48
detik
|
Semut
kembali
|
10
|
Air
saja
|
1
menit 10 detik
|
Semut
kembali
|
nice sis infonya klo mau tau lebih lanjut bisa dihubungi dimana ya?
BalasHapus